Senin, 21 Maret 2016

Jumlah Lapangan Pekerjaan Tak Sebanding Dengan Jumlah Tenaga Kerja

Pengadaan lapangan pekerjaan adalah salah satu kewajiban  pemerintah. Dari tahun ke tahun lapangan kerja semakin menipis, sementara jumlah pekerja semakin banyak. Sampai sekarang pemerintah belum mampu mengatasi masalah lapangan kerja tersebut. Akibatnya angka pengangguran makin meningkat.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 18,3 juta angkatan kerja yang berstatus pengangguran, terdiri dari pengangguran terbuka sebesar 7,39 juta, dan pengangguran terselubung sebanyak 10,89 juta.
“Jika asumsinya persoalan pengangguan ini harus dituntaskan dalam jangka waktu lima tahun, maka setiap tahunnya pemerintah harus mampu mendorong penciptaan lapangan kerja minimal 3,7 juta orang,” ungkapnya. Artinya pemerintah harus bisa menciptakan lapangan perkerjaan yang mampu menyerap pengangguran dan tenaga kerja baru sebanyak 3,7 juta per tahun.
Di samping karena kurangnya lapangan kerja, meningkatnya pengangguran juga disebabkan karena sulitnya pelaku industry/perusahaan menemukan tenaga kerja yang berkualitas. Rendahnya kualitas tenaga kerja tidak lepas dari peran pendidikan. Dimana kualitas pendidikan di Indonesia sendiri masih rendah. Sehingga menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga menghasilkan tenaga kerja yang tidak kompeten.
Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya sertifikasi kompetensi dari lembaga pendidikan. Selama ini tenaga kerja hanya mengandalkan ijazah saat mencari kerja. Sementara ijazah tidak lagi menjadi patokan seseorang memiliki kompetensi, tetapi melalui sertifikasi kompetensi.
Tidak meratanya persebaran tenaga kerja juga menjadi salah satu penyebab banyaknya pengangguran. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.
Jumlah  pengusaha di Indonesia hanya 1,56 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 3,8 juta orang. Angka 3,8 juta pengusaha ini jauh tertinggal dari negara Asia lainnya. China dan Jepang memiliki jumlah wirasusaha mencapai 10 persen yang menopang perekonomian nasional. Sedikitnya jumlah pengusaha ini, juga menjadi salah satu penyebab sedikitnya lapangan pekerjaan. Seandainya jumlah pengusaha meningkat, mungkin saja bisa meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan, sehingga mengurangi jumlah pengangguran, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain pengangguran, kurangnya lapangan pekerjaan di dalam negeri mengakibatkan meningkatnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di sektor informal (seperti pembantu rumah tangga) di luar negeri. Meskipun sudah banyak kasus penyiksaan terhadap TKI. Kebanyakan dari “Pahlawan Devisa” ini berasal dari pedesaan, yang mayoritas mata pencaharian warganya petani atau nelayan. Karena kurangnya kesejahteraan dan penghasilan petani di zaman sekarang, mereka lebih memilih menjadi TKI walaupun tanpa keahlian tertentu. Mereka memilih menjadi TKI dengan harapan mengubah nasib agar lebih baik. Ketidakmampuan negara menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih baik menjadi satu di antara penyebab mereka harus mengadu nasib ke negara lain. Seandainya negara ini sudah bisa memberikan kesejahteraan, bisa menyediakan lapangan pekerjaan dengan upah yang memadai tentu saja tak banyak anak bangsa yang mengadu nasib ke negara lain. Sebaiknya jika ada tenaga kerja yang tiadak memiliki keahlian lebih baik bekerja di dalam negeri saja, daripada jadi budak negara lain. TKI seolah menjadi solusi pemerintah dalam penuntasan pengangguran.
Bagi yang memiliki keahlian/kompetensi di bidang tertentu mungkin menjadi freelancer bisa menjadi pilihan alternative untuk bekerja. Banyak perusahaan yang memilih menggunakan jasa freelancer, karena dianggap lebih efektif dalam mengerjakan projek tertentu. Dan ini, tentu saja menadi kesempatan bagi para freelancer untuk menunjukan kompetensi mereka tanpa terikat perusahaan, tapi tetap memperoleh penghasilan yang besar. Seorang freelancer dapat mengerjakan proyeknya secara sampingan dan menghasilkan uang tambahan tanpa mengganggu pekerjaan utamanya. Tidak sedikit freelancer yang dapat menghasilkan dana tambahan melebihi gaji tetapnya. Di samping itu, dengan bekerja sebagai freelancer, mereka juga dapat mengasah keahlian mereka dan memperluas jaringan. Terkadang berawal dari freelancer, seseorang dapat membangun bisnisnya sendiri. Apalagi saat menjadi freelancer dia mempunyai banyak jaringan yang nantinya dijadikan kliennya ketika memulai usaha.

http://m.merdeka.com/uang/jumlah-tenaga-kerja-tak-sebanding-dengan-lapangan-pekerjaan.html
http://finance.detik.com/read/2014/03/20/162956/2531944/4/jumlah-pekerja-indonesia-yang-kerja-ke-luar-negeri-meningkat-35


Tidak ada komentar:

Posting Komentar